Al-'Ashr

<a href="http://www.clock4blog.eu">clock for blog</a>
Free clock for your blog

Senin, 25 November 2013

HAKIKAT PUASA

Tujuan ibadah puasa adalah untuk mencapai derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang imannya senantiasa aktif membentuk dirinya, sehingga dia tetap istiqamah (konsisten) dalam beribadat, berakhlak mulia dan terjauh dari segenap dosa dan maksiat.

Banyak orang yang telah berulang kali puasa setiap tahun, bahkan ada yang sudah puluhan kali berpuasa, namun taqwa masih jauh dari kehidupannya, imannya tidak aktif, ibadatnya tidak istikamah, dan akhlaqnya jauh dari mulia, perbuatan dosa masih mengotori dirinya, yang diperoleh dari ibadah puasa hanya lapar dan haus saja.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab tidak sedikit manusia menduga bahwa puasa itu hanya sekadar menahan lapar dan haus saja, dan mereka juga memahami bahwa puasa itu adalah pengendalian hawa nafsu selama bulan Ramadan saja, lalu setelah Ramadan mereka kembali dikendalikan oleh hawa nafsunya.

Jika hal itu menimpa kita, maka sangat memperhatinkan. Itu artinya kita belum memahami hakikat dari berpuasa. Dimana hakikat puasa bukan sekadar menahan hawa nafsu dari rasa lapar dan haus. Namun hakikat puasa pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengendalikan mulut dari makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan yang tidak terpuji, seperti bohong, bergunjing, bergosip (gibah), caci maki dan lain lainnya.

Puasa juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari memandang hal yang diharamkan Allah swt seperti melihat tontonan aurat, tontonan maksiat dan lain lain.

Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendegar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah.

Sabda Rasulullah saw berkata, “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma dia berpuasa).” (HR.Buhari dari Abu Hurarah).
Demikianlah hakikat puasa yang akan membawa manusia beriman menuju taqwa yang merupakan puncak kemuliaan manusia di hadapan Allah swt.

Puasa juga mengandung makna pembangunan atau pembentuk­kan karakter, penguasaan atas hawa nafsu dan suatu inspirasi ke arah kreativitas individual dan sosial.

Puasa juga telah menjadi bagian dari pilar-pilar Islam yang merupakan kewajiban agama bagi semua orang yang berimankan tauhid. Dan karena itu barangsiapa yang menolaknya maka ia termasuk dalam golongan yang ingkar agama.

Puasa juga merupakan tanda lahir dari ketaatan, penyerahan dan peribadatan kepada Allah SWT. Allah swt berfirman,“Puasa itu untuk-Ku, karena itu Akulah yang akan memberi ganjar­aannya langsung!” (Bihar al-Anwaar 96:255).

Dengan puasa seorang muslim mengungkapkan penyera­hannya (taslim) kepada perintah Allah, sambutannya atas kehendak-Nya, dan merupakan penolakkan yang tegas atas penguasaan hawa nafsu atas dirinya, dan hasrat priba­dinya. Puasa menjadi sebuah manifestasi dari ketaatan makhluk-Nya kepada Kehendak Yang Maha Kuasa.

Ekspresi yang diungkapkan lewat puasa ini mewakili bentuk penguasaan diri, dan usaha dalam mengatasi kesenangan-kesenangan jasadi dan berbagai kenikmatan badani demi kecintaan Allah yang penuh berkat, kedekatan kepada-Nya dan gairah untuk memperoleh keridhaan-Nya.

Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya mustajab (dikabulkan), amalnya diterima. Sesungguhnya bagi seorang yang berpuasa di saat berbuka do’anya tidak tertolak!” (Bihar al-Anwar 93:360)

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya ada satu surga yang pada pintunya ada penjaga yang melarang siapapun masuk kecuali orang-orang yang berpuasa.” (Al-Bihar 96:252)

Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya.” (Furu’ al-Kafi 4:65)

Sayyidah Fathimah az-Zahra as berkata, “Dia (Allah swt) menjadikan puasa sebagai penguat keikh­lasan” (A’yan al-Syi’ah 1:316). Karena itu, patut kita memetik hakikat puasa. Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk memahami hakikat puasa, sehingga pintu surga terbuka lebar untuk kita. Aamiin.
http://www.republika.co.id/

Rabu, 13 November 2013

Kiat-Kiat Menuju Keluarga Sakinah Pernikahan Dalam Islam

Agama Islam telah memberikan petunjuk nan lengkap & rinci terhadap persoalan pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan nan ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dlm rumah tangga, sampai dlm proses nafaqah (memberi nafkah) & harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci, detail & gamblang.
Selanjutnya utk memahami konsep pernikahan dlm Islam, maka rujukan nan paling benar & sah adalah Al Qur'an & As Sunnah Ash Shahihah nan sesuai dgn pemahaman Salafush Shalih. Berdasar rujukan ini, kita ini akan memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek pernikahan, maupun beberapa penyimpangan & pergeseran nilai pernikahan nan terjadi di dlm masyarakat kita.
Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan utk menikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Allah Subhanhu wa Ta'ala berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dgn lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah nan telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama nan lurus; tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui”. [Ar Ruum: 30].
Islam Menganjurkan Nikah
Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, Allah menyebutkan sebagai ikatan nan kuat. 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنكُم مِّيثَاقًا غَلِيظًا
“. . . Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian nan kuat”. [An Nisaa: 21].
Sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dgn separuh agama. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
إِذَا تَزَوَّجَ اْلعَبْد،ُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّيْنِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْمَا بَقِي
“Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dlm memelihara nan separuhnya lagi”. (*1)
Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan utk menikah & melarang keras kepada orang nan tak mau menikah. Anas bin Malik rahimahullah berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami utk menikah & melarang kami membujang dgn larangan nan keras. ” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ، فَإنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
“Nikahilah wanita nan subur & penyayang. Karena aku akan berbanggga dgn banyaknya umatku di hadapan umat-umat”. (*2)
Pernah suatu ketika, 3 orang sahabat g datang bertanya kepada isteri-isteri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadahan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan ibadah mereka. Salah seorang dari mereka berkata: “Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus”. Sahabat nan lain berkata: “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tak akan nikah selamanya . . . . “. Ketika hal itu didengar oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau keluar seraya bersabda:
“أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللهِ إنِّي َلأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِّي أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. “
“Benarkah kalian telah berkata begini & begitu? Sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah nan paling takut & taqwa kepada Allah diantara kalian, akan tetapi aku berpuasa & aku berbuka, aku shalat & aku juga tidur & aku juga menikahi wanita. Maka barangsiapa nan tak menyukai sunnahku, maka ia tak termasuk golonganku”. (*3)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan utk menikah. Dan seandainya mereka fakir, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membantu dgn memberikan rezeki kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan suatu pertolongan kepada orang nan menikah, dlm firmanNya:
وَأَنكِحُوا الأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُوْنُوْا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمْ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ. “
“Dan nikahkanlah orang-orang nan sendirian diantara kamu & orang-orang nan layak (bernikah) dari hamba-hamba sahayamu nan laki-laki & wanita. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dgn karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”. [An Nuur:32].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala itu dgn sabdanya:
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيْدُ الاَدَاءَ وَ النَّاكِحُ الَّذِي يُرِيْدُ الْعَفَافَ
“Ada 3 golongan manusia nan berhak mendapat pertolongan Allah. Yaitu, mujahid fi sabilillah, budak nan menebus dirinya supaya merdeka, & orang nan menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (*4)
TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia nan Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan nan sah utk memenuhi kebutuhan ini adalah dgn aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dgn cara nan kotor & menjijikan, seperti cara-cara orang sekarang ini dgn berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, & lain sebagainya nan telah menyimpang & diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Akhlaq nan Mulia
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَ أَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِا لصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai, para pemuda Barangsiapa diantara kalian berkemampuan utk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, & lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa nan tak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (*5)
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga nan Islami
Dalam Al Qur'an disebutkan, bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dlm ayat berikut: “Thalaq (yang dapat dirujuki) 2 kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dgn cara ma'ruf atau menceraikan dgn cara nan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu nan telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tak ada dosa atas keduanya tentang bayaran nan diberikan oleh isteri utk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa nan melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang nan zhalim”. [Al Baqarah:229].
Jadi tujuan nan luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari'at Islam dlm rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim & muslimah harus berusaha membina rumah tangga nan Islami. Ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan nan ideal, agar terbentuk rumah tangga nan Islami. Di antara kriteria itu ialah harus kafa'ah & shalihah.
Kafa'ah Menurut Konsep Islam
Kafa'ah (setaraf, sederajat) menurut Islam hanya diukur dgn kualitas iman & taqwa serta akhlaq seseorang, bukan diukur dgn status sosial, keturunan & lain-lainnya.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki & seorang wanita & menjadikan kamu berbangsa-bangsa & bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang nan paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang nan paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al Hujurat:13].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لاِ َرْبَعٍِ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَ لِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Seorang wanita dinikahi karena 4 hal. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, & agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita nan taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung”. (*6)
Memilih nan Shalihah
Orang nan hendak menikah, harus memilih wanita nan shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki nan shalih. Allah berfirman:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُوْلاَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقُُ كَرِيمُُ
“…Dan wanita-wanita nan baik utk laki-laki nan baik, & laki-laki nan baik utk wanita-wanita nan baik pula…” [An Nuur:26].
Menurut Al Qur'an, wanita nan shalihah adalah:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Wanita nan shalihah ialah nan ta'at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)”. [An Nisaa:34].
Menurut Al Qur'an & Al Hadits nan shahih, diantara ciri-ciri wanita nan shalihah ialah:
a. Ta'at kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala & ta'at kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 
b. Ta'at kepada suami & menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tak ada, serta menjaga harta suaminya. 
c. Menjaga shalat nan 5 waktu tepat pada waktunya. 
d. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan. 
e. Banyak shadaqah dgn seizin suaminya. 
f. Memakai jilbab nan menutup seluruh auratnya & tak utk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al Ahzab:33). 
g. Tidak berbincang-bincang & berdua-duaan dgn laki-laki nan bukan mahramnya, karena nan ketiganya adalah syetan. 
h. Tidak menerima tamu nan tak disukai oleh suaminya. 
i. Ta'at kepada kedua orang tua dlm kebaikan. 
j. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dgn syari'at. 
k. Mendidik anak-anaknya dgn pendidikan Islami.
Bila kriteria ini dipenuhi, insya Allah rumah tangga nan Islami akan terwujud.
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
. . وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي الْحَرَامِ، أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرًا. . .
“. . . Dan di hubungan suami-isteri salah seorang diantara kalian adalah sedekah Mendengar sabda Rasulullah, para sahabat keheranan & bertanya: “Wahai, Rasulullah. Apakah salah seorang dari kita ini memuaskan syahwatnya (kebutuhan biologisnya) terhadap isterinya akan mendapat pahala?” Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana menurut kalian, jika mereka (para suami) bersetubuh dgn selain isterinya, bukankah mereka berdosa?” Jawab para sahabat: “Ya, benar”. Beliau bersabda lagi: “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dgn isterinya (di tempat nan halal), mereka akan memperoleh pahala”(*7)
5. Untuk Memperoleh Keturunan nan Shalih
Tujuan pernikahan diantaranya ialah utk melestarikan & mengembangkan Bani Adam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri & menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak & cucu-cucu, & memberimu rezeki nan baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada nan bathil & mengingkari nikmat Allah ? ” [An Nahl:72].
Yang terpenting lagi dlm pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari & membentuk generasi nan berkualitas, yaitu mencari anak nan shalih & bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ
“… & carilah apa nan telah ditetapkan Allah utk kalian (yaitu anak)”. [Al Baqarah:187].
Yang dimaksud dgn ayat ini, “Hendaklah kalian mencampuri isteri kalian & berusaha utk memperoleh anak”. (*8)
TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM
1. Khitbah (Peminangan)
Seorang muslim nan akan menikahi seorang muslimah, hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita nan sedang dipinang oleh orang lain.
2. Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun & kewajiban nan harus dipenuhi:
-. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai. 
-. Adanya ijab qabul. 
-. Adanya mahar
-. Adanya wali. 
-. Adanya saksi-saksi.
3. Walimah
Walimatul 'urusy (pesta pernikahan) hukumnya wajib & diusahakan sesederhana mungkin & dlm walimah hendaknya diundang pula orang-orang miskin. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
. . . أَوْلِمْ وَلَوْبِشَاةٍ
“Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dgn menyembelih seekor kambing”. (*9)
SEBAGIAN PELANGGARAN nan TERJADI DALAM PERNIKAHAN nan WAJIB DIHINDARKAN (DIHILANGKAN)
1. Pacaran. 
2. Tukar cincin. 
3. Menuntut mahar nan tinggi. 
4. Mengikuti upacara adat. 
5. Mencukur jenggot bagi laki-laki & mencukur alis mata bagi wanita. 
6. Kepercayaan terhadap hari baik & sial dlm menentukan waktu pernikahan. 
7. Mengucapkan ucapan selamat ala kaum jahiliyah. 
8. Adanya ikhtilath (bercampurnya, berbaurnya antara laki-laki & wanita). 
9. Musik, nyanyi & pelanggaran-pelanggaran lainnya.
Marilah kita ini berupaya utk melaksanakan pernikahan secara Islami & membina rumah tangga nan Islami, serta kita ini berusaha meninggalkan aturan, tata-cara, upacara & adat-istiadat nan bertentangan dgn Islam. Jangan meniru cara-cara orang-orang kafir & orang-orang nan banyak berbuat dosa & maksiat.
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTERI
Anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam utk menikah mengandung berbagai manfaat, sebagaimana nan dijelaskan oleh para ulama, diantaranya:
1. Dapat menundukkan pandangan,
2. Akan terjaga kehormatan. 
3. Terpelihara kemaluan dari beragam maksiat. 
4. Akan ditolong & dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
5. Dapat menjaga syahwat, nan merupakan salah 1 sebab dijaminnya ia utk masuk ke dlm surga. 
5. Mendatangkan ketenangan dlm hidup. 
6. Akan terwujud keluarga nan sakinah, mawaddah wa rahmah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung & merasa tentram kepadanya. Dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih & sayang. Sesungguhnya pada nan demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum nan berpikir”. [Ar Ruum:21].
7. Akan mendapatkan keturunan nan shalih. 
8. Menikah dapat menjadi sebab semakin banyaknya jumlah ummat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ada sebagian kaum muslimin nan telah menikah & dikaruniai oleh Allah seorang anak atau 2 orang anak, kemudian mereka membatasi kelahiran, tak mau mempunyai anak lagi dgn berbagai alasan nan tak syar'i. Perbuatan mereka telah melanggar syari'at Islam. Fatwa-fatwa ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah telah menjelaskan dgn tegas, bahwa membatasi kelahiran atau dgn istilah lainnya “keluarga berencana”, hukumnya adalah haram.
Sesungguhnya banyak anak itu banyak manfaatnya. Diantara manfaat dgn banyaknya anak & keturunan, adalah:
1. Di dunia mereka akan saling menolong dlm kebajikan. 
2. Mereka akan membantu meringankan beban orang tuanya. 
3. Do'a mereka akan menjadi amal nan bermanfaat ketika orang tuanya sudah tak bisa lagi beramal (telah meninggal dunia). 
4. Jika ditaqdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala anaknya meninggal ketika masih kecil, insya Allah, ia akan menjadi syafa'at (penolong) bagi orang tuanya nanti di akhirat. 
5. Anak akan menjadi hijab (pembatas) dirinya dgn api neraka, manakala orang tuanya mampu menjadikan anak-anaknya sebagai anak nan shalih & shalihah. 
6. Dengan banyaknya anak, akan menjadikan salah 1 sebab bagi kemenangan kaum muslimin ketika dikumandangkan jihad fi sabilillah, karena jumlahnya nan sangat banyak. 
7. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bangga dgn jumlah umatnya nan banyak. Apabila seorang muslim cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka hendaklah ia mengikuti keinginan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam utk memperbanyak anak, karena Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bangga dgn banyaknya ummatnya pada hari kiamat.
Bila Belum Dikaruniai Anak
Apabila ditaqdirkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, sepasang suami-isteri sudah menikah sekian lama, namun belum juga dikaruniai anak, maka janganlah ia berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hendaknya ia terus berdo'a sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihissallam & Zakaria Alaihissallam telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sampai Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabulkan do'a mereka. Dan hendaknya bersabar & ridha dgn qadha' & qadar nan Allah tentukan, serta meyakini bahwa semua itu ada hikmahnya.
Do'a mohon dikaruniai keturunan nan baik & shalih terdapat dlm Al Qur'an, yaitu:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) nan termasuk orang-orang nan shalih”. [Ash Shaafat: 100]. 
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami & keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), & jadikanlah kami imam bagi orang-orang nan bertaqwa”. [Al Furqaan: 74].
رَبِّ لاَ تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
“Ya Rabbku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri & Engkaulah warits nan paling baik”. [Al Anbiyaa: 89].
Mudah-mudahan Allah l memberikan keturunan nan shalih kepada pasangan suami-isteri nan belum dikaruniai anak.
HAK ISTERI nan HARUS DIPENUHI SUAMI
Diantara kewajiban-kewajiban & hak-hak tersebut adalah seperti nan terdapat di dlm sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sahabat Muawiyah bin Haidah bin Mu'awiyah bin Ka'ab Al Qusyairy Radhiyallahu 'anhu (*10), ia berkata: Saya telah bertanya,”Ya Rasulullah, apa hak seorang isteri nan harus dipenuhi oleh suaminya?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ
1. Engkau memberinya makan apabila engkau makan,
2. Engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian,
3. Janganlah engkau memukul wajahnya, dan
4. Janganlah engkau menjelek-jelekkannya, dan
5. Janganlah engkau tinggalkan dia melainkan di dlm rumah (jangan berpisah tempat tidur melainkan di dlm rumah). (*11)
Mengajarkan Ilmu Agama
Di samping hak di atas harus dipenuhi oleh seorang suami, seorang suami juga wajib mengajarkan ajaran Islam kepada isterinya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang nan beriman, peliharalah dirimu & keluargamu dari api neraka nan bahan bakarnya (terbuat dari) manusia & batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat nan kasar lagi keras, nan tak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa nan diperintahkanNya kepada mereka & selalu mengerjakan apa nan diperintahkan”. [At Tahrim: 6].
Untuk itulah, kewajiban sang suami utk membekali dirinya dgn menuntut ilmu syar'i (thalabul ‘ilmi) dgn menghadiri majelis-majelis ilmu nan mengajarkan Al Qur'an & As Sunnah sesuai dgn pemahaman Salafush Shalih –generasi nan terbaik, nan mendapat jaminan dari Allah– sehingga dgn bekal tersebut, serang suami mampu mengajarkannya kepada isteri, anak & keluarganya. Jika ia tak sanggup mengajarkan mereka, seorang suami harus mengajak isterinya menuntut ilmu syar'i & menghadiri majelis-majelis taklim nan mengajarkan tentang aqidah, tauhid mengikhlaskan agama kepada Allah, & mengajarkan tentang bersuci, berwudhu', shalat, adab & lainnya.
HAK SUAMI nan HARUS DIPENUHI ISTERI
Ketaatan Istri Kepada Suaminya. 
Setelah wali (orang tua) sang isteri menyerahkan kepada suaminya, maka kewajiban taat kepada sang suami menjadi hak nan tertinggi nan harus dipenuhi, setelah kewajiban taatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala & RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَِ حَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Kalau seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya”. (*12)
Sang isteri harus taat kepada suaminya, dlm hal-hal nan ma'ruf (mengandung kebaikan dlm hal agama), misalnya ketika diperintahkan utk shalat, berpuasa, mengenakan busana muslimah, menghadiri majelis ilmu, & bentuk-bentuk perintah lainnya sepanjang tak bertentangan dgn syari'at. Hal inilah nan justru akan mendatangkan surga bagi dirinya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat nan 5 waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, menjaga kehormatannya & dia taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja nan dia kehendaki”. (*13)
Istri Harus Banyak Bersyukur & tak Banyak Menuntut. 
Perintah ini sangat ditekankan dlm Islam, bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala tak akan melihatnya pada hari kiamat, manakala sang isteri banyak menuntut kepada suaminya & tak bersyukur kepadanya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أُرِيْتُ النَّارَ، فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ. يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ ؟ يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطٌّ
“Sesungguhnya aku diperlihatkan neraka & melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita. ” Sahabat bertanya: “Sebab apa nan menjadikan mereka paling banyak menghuni neraka?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Dengan sebab kufur”. Sahabat bertanya: “Apakah dgn sebab mereka kufur kepada Allah?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya & mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu nan jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan ‘Aku tak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. (*14)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَيَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَتَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Sesungguhnya Allah tak akan melihat kepada seorang wanita nan tak bersyukur kepada suaminya, & dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”. (*15)
Isteri Wajib Berbuat Baik Kepada Suaminya
Perbuatan ihsan (baik) seorang suami harus dibalas pula dgn perbuatan nan serupa atau nan lebih baik. Isteri harus berkhidmat kepada suaminya & menunaikan amanah mengurus anak-anaknya menurut syari'at Islam nan mulia. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mewajibkan kepada dirinya utk mengurus suaminya, mengurus rumah tangganya, mengurus anak-anaknya.
Nasihat Untuk Suami-Isteri
1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dlm keadaan bersama maupun sendiri, di rumahnya maupun di luar rumah. 
2. Wajib menegakkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala & menjaga batas-batas Allah Subhanahu wa Ta'ala di dlm keluarga. 
3. Melaksanakan kewajiban terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala & minta tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Laki-laki wajib mengerjakan shalat 5 waktu di masjid secara berjama'ah. Dan perintahkan anak-anak utk shalat pada waktunya. 
4. Menegakan shalat-shalat sunnah, terutama shalat malam. 
5. Perbanyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bacalah Al Qur'an setiap hari, terutama surat Al Baqarah. Bacalah pula do'a & dzikir nan telah diajarkan oleh Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ingatlah, bahwa syetan tak senang kepada keutuhan rumah tangga & syetan selalu berusaha mencerai-beraikan suamiisteri. Dan ajarkan anak-anak utk membaca Al Qur'an & dzikir. 
6. Bersabar atas musibah nan menimpa & bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segala nikmatNya. 
7. Terus-menerus berintropeksi antara suami-isteri. Saling menasihati, tolong menolong & mema'afkan serta mendo'akan. Jangan egois & gengsi. 
8. Berbakti kepada kedua orang tua. 
9. Mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak nan shalih, ajarkan tentang aqidah, ibadah & akhlak nan benar & mulia. 
10. Jagalah anak-anak dari media nan merusak aqidah & akhlak.
NASIHAT KHUSUS UNTUK SUAMI
Wahai para Suami
1. Apa nan memberatkanmu –wahai hamba Allah– utk tersenyum di hadapan isterimu ketika engkau masuk menemuinya, agar engkau memperoleh ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala ?
2. Apa nan membebanimu utk bermuka cerah ketika engkau melihat isteri & anak-anakmu? Engkau akan dapat pahala?
3. Apa sulitnya apabila engkau masuk ke rumah sambil mengucapkan salam secara sempurna: “Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh” agar engkau memperoleh 3 puluh kebaikan?
4. Apa nan kira-kira akan menimpamu jika engkau berkata kepada isterimu dgn perkataan nan baik, sehingga dia meridhaimu, sekalipun dlm perkataanmu tersebut agak sedikit dipaksakan?
5. Apakah menyusahkanmu -wahai hamba Allah- jika engkau berdo'a: “Ya Allah Perbaikilah isteriku, & curahkan keberkahan padanya. “
6. Tahukah engkau bahwa ucapan nan lembut merupakan shadaqah?
NASIHAT UNTUK ISTERI
Wahai para isteri 
1. Apakah menyulitkanmu, jika engkau menemui suamimu ketika dia masuk ke rumahmu dgn wajah nan cerah sambil tersenyum manis?
2. Berhiaslah utk suamimu & raihlah pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesungguhnya Allah itu indah & menyukai keindahan, gunakanlah wangi-wangian Bercelaklah Berpakaianlah dgn busana terindah nan kau miliki utk menyambut kedatangan suamimu. Ingat, janganlah sekali-kali engkau bermuka muram & cemberut di hadapannya. 
3. Jadilah engkau seorang isteri nan memiliki sifat lapang dada, tenang & selalu ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dlm segala keadaan. 
4. Didiklah anak-anakmu dgn baik, penuhilah rumahmu dgn tasbih, takbir, tahmid & tahlil serta perbanyaklah membaca Al Qur'an, khususnya surat Al Baqarah, karena surat tersebut dapat mengusir syetan
5. Bangunkanlah suamimu utk mengerjakan shalat malam, anjurkanlah dia utk berpuasa sunnah & ingatkanlah dia kembali tentang keutamaan berinfak, serta janganlah melarangnya utk bersilaturahim. 
6. Perbanyaklah istighfar utk dirimu, suamimu, orang tuamu, & semua kaum muslimin, & berdo'alah selalu agar diberikan keturunan nan shalih & memperoleh kebaikan dunia & akhirat, & ketahuilah bahwasannya Rabb-mu Maha Mendengar do'a. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَقَالَ رَبُّكُمْ ادعُوْنِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabb kalian berfirman: “Berdo'alah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan utk kalian”. [Al Mu'min:60].
Kepemimpinan Laki-laki Atas Wanita
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللاّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّ&#157 
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas tags: Pernikahan Dalam Islam, Agama Islam, Al Qur, Memilih Pasangan

Rabu, 06 November 2013

Kunci Takwa Ada di Hati

Pada hakikatnya, kesuksesan dimensi duniawi dan ukhrawi adalah milik orang-orang yang bertakwa. Allah menyebutnya mafaza (kemenangan). “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan” (An-Naba’: 31). Jika menelaah ayat-ayat dan hadits nabi, akan ditemukan isyarat kuat bahwa kehidupan adalah sebuah pertarungan. Manusia berhadapan dengan hawa nafsu, setan dan antek-anteknya. Antara kemauan kebajikan dan kemauan jahat. Pertarungan ini memang tak selalu kontak fisik. Bahkan lebih sering non fisik dan tidak kasat mata. Tapi terkadang lebih seru, alot dan awet.
Kemenangan hakiki memang hanya di akhirat. Meski terkadang kemenangan duniawi menandai kemenangan akhirat. Kemenangan duniawi yang hakiki bagi orang bertakwa adalah ketika ia berhasil menaklukkan hawa nafsu. Kemenangan sesungguhnya adalah ketika berhasil mengendalikan hati dan menata perilaku dan tindakan sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasul-Nya.
Di balik sengitnya pertarungan, di balik kemenangan, tersimpan kunci pembukanya. Sebab setiap kemenangan pasti ada kuncinya. Kunci takwa itu di hati. Taklukkan hati, kendalikan kalbu. Fikiran, kemauan, tindakan, dan perilaku akan mengikut. Hati ibarat panglima. Jika panglima dikendalikan, pasukan akan mengikut. Hati ibarat cermin. Jika jernih, pantulan perilaku akan terlihat terang dan bersih. Maka pekerjaan menaklukkan hati adalah kerja keras sebab kemenangan tak mungkin tanpa kerja keras.
Rasulullah bersabda, “Ingatlah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging. Jika ia baik maka baiklah seluruh jasad dan jika rusak, rusaklah seluruh jasad. Ingatlah ia (segumpal daging itu) adalah hati,” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Jika takwa berada di puncak mercusuar, untuk mencapainya mesti melalui anak tangga-anak tangga. Kaum sufi menyebut anak tangga pertama takwa itu dengan takhally (pembersihan), sebelum tangga berikutnya tahally (mengiasi diri) dan tajally (tanda-tanda lahir kebaikan). Lebih tegas, ulama sekaliber Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab dan Al-Ghazali dan lainnya menyebut penentu takwa itu dengan langkah tazkiyatunafs (penyucian diri). Bahkan tujuan diutusnya RasulullahSallallu Alaihi wa Sallam dan pensyariatan ibadah dalam Islam sesungguhnya adalah membersihkan hati dan amal dari yang mengotori dan merusaknya. (Al-Baqarah: 151).
Tak sedikit orang mengasuransikan dan menggaransikan hari tuanya ke perusahaan asuransi jiwa. Namun lupa menggaransi nasibnya di akhirat. Tapi adakah? Seandainya ada tentu kebersihan hati menjadi garansi keselamatan manusia di akhirat. Karena orang yang bertakwa adalah pemegang garansi kebersihan hati.
 “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa,” (Asy-Syuara’: 88-90).
Adalah Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang pernah mendapatkan garansi sebagai ahli surga Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam. Para sahabat pun penasaran. Diutuslah seorang sahabat untuk menginap bersama sang pemegang garansi. Agar bisa digali faktornya dan bisa ditiru. Satu dan dua malam dilalui. Abdullah bin Amr bin Ash tidak memiliki kelebihan menonjol, menurut sahabat yang menginap. Shalat malamnya tidak lebih dari sahabat yang lain. Ia pun mengungapkan tujuannya menginap dan menyakan penyebab ia masuk dalam ahli surga. Abdullah bin Amr bin Al-Ash menjawab, “Saya tidak pernah tidur semalaman sementara di hati saya ada kedengkian terhadap saudara saya,”
Ternyata bukan hanya di akhirat, kebersihan hati adalah jaminan kelanggengan hubungan baik antar sesama saudara. Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, bersabda, “Mukmin adalah saudara mukmin lainnya. Tidak boleh ia membiarkannya dan menganiayanya. Jangan kalian saling dengki, jangan saling tidak menyapa, jangan memutus hubungan dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Setiap Muslim haram darah, harta dan kehormatannya atas Muslim lainnya. Jangan seseorang melamar perempuan yang dilamar saudaranya, atau membeli barang yang dibeli saudaranya. Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan bentuk kalian namun melihat kepada hati kalian. Takwa itu ada di sini. Rasulullah saw mengisyaratkan tangannya ke dadanya dan mengatakannya sebanyak tiga kali. (HR. Al-Baihaqi).
Kewajiban utama seorang Muslim adalah membersihkan hatinya dari segala penyakit dan kotoran. Syariat dalam Islam dari shalat wajib dan sunnah, dzikir, tilawah, tadabbur ayat, zakat, puasa, haji, umrah dan lain-lain adalah sarana efektif yang diberikan Allah untuk membersihkan hati. Tazkiyatunafs dan ibadah adalah satu paket. Jika ingin membersihkan hati, lakukan dengan ibadah. Jika hati masih berkarat, mungkin ibadahnya yang bermasalah.
Banyak penyakit rohani yang bisa merusak hati. Sebagiannya bahkan bisa menggerogoti amal. Dari sekian penyakit hati yang berhaya itu ada dua; yang merusak hubungannya dengan Allah dan yang merusak hubungannya dengan manusia.
Jenis penyakit hati di antaranya ragu-ragu kepada Allah dan syariat-Nya, suudzon kepada Allah (berfikiran negatif terhadap Allah), riya (beribadah karena selain Allah), sum’ah, tidak menerima keputusan Allah, pesimis kepada rahmat Allah, ketergantungan kepada dunia. Penyakit di atas sangat berbahaya. Sebab sebagiannya menyebabkan kekufuran seperti ragu-ragu kepada Allah dan syariat-Nya. Sebagiannya lagi merusak dan menggugurkan amal seperti riya dan sum’ah karena termasuk perbuatan syirik. Termasuk ketergantungan kepada dunia.
“dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 65)
Penyakit hati jenis kedua yang merusak hubungan antara sesama saudara banyak ragamnya. Yang paling berbahaya adalah dengki, kebencian, hasad, dendam, suuddzon (negative thingking), curiga, takabur, ujub dan lain-lain. Hubungan sesama saudara tidak akan pernah terbangun baik selama penyakit-penyakit di atas bercokol dalam hati. Krisis hubungan antar manusia dari intrik, persengketaan antara saudara atau tetangga bermula dari hati yang bermasalah. Hubungan antara manusia yang sehat tercipta dari hati yang sehat dan jauh dari penyakit di atas.
Di atas itu semua, hati tidak selalu stabil dalam kebaikan. “Summiyal qalbu litaqollubihi” (disebut hati karena ia berbolak-balik kondisinya). Di bulan puasa dan Idul Fitri mungkin seseorang hatinya bersih. Besok belum tentu. Di masjid hati bisa bersih, bisakah di kantor demikian? Ketika ekononomi dan sosial stabil, hati bisa bersih. Tapi ketika menghadapi guncangan masihkah bisa bersih? Dan demikian seterusnya.
Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya hati berada di antara dua jari dari jari-jari Allah yang Dia bolak balik sesuai kehendak-Nya,”
Akhirnya, mari lantunkan selalu doa yang sering diucapkan Rasulullah saw,
“Ya Allah Yang Membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami dalam diin-Mu (Islam)” (HR. Tirmidzi) (by; Ahmad Tarmudli Basyir)
- See more at: http://spiritislam.net/index.php/2012/03/20/kunci-takwa-ada-di-hati/#sthash.3SRfSp9k.dpuf

Minggu, 03 November 2013

RAHASIA ZIKIR

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9)
 
Mengingat Allah (Dzikrullah) merupakan salah satu anjuran yang sangat ditekankan dalam Islam dan merupakan bentuk nyata dari penghambaan kita kepada Allah Swt. Dzikrullah (mengingat Allah) merupakan amalan yang sangat agung. Ia merupakan sebab diturunkannya berbagai nikmat, Penolak segala bala’ dan musibah. Dzikir juga merupakan sebab kuatnya hati dan penyejuk hati manusia.
 
Aktifitas ini mempunyai manfaat yang sangat besar. Baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Begitu juga sebaliknya, seorang yang lalai dalam mengingat Allah tentu akan meraih kerugian yang tak terhinggah. Allah Swt menggolongkan orang-orang yang lalai dalam mengingat-Nya sebagai kelompok yang rugi.
 
Hakikat Dzikir
 
Dzikir bukan hanya sebuah tutur kata dan lafadz yang keluar dari lisan, melainkan suatu hakikat yang mengakar dalam jiwa sehingga dapat menjadikan manusia terhubung dengan sang pencipta, yaitu Allah Swt. Inti dari mengingat Allah adalah hati dan jiwa kita. Yaitu dengan mengingat Allah Swt, manusia merasakan kehadiran dan Kebesaran-Nya. Ucapan dzikir yang keluar dari lisan seseorang  merupakan reaksi dari kontak  yang terjadi antara  jiwa manusia bersama Tuhan-Nya.
 
Manfaat Dzikrullah
 
Sebagaimana yang telah disinggung di atas. Dzikrullah merupakan aktifitas mulia yang menyimpan segudang  manfaat. Diantaranya sebagai berikut :
 
1.      Menerangi hati dan pikiran
 
Mengingat Allah atau Dzikrullah dapat menerangi hati dan akal pikiran. Terkait hal ini Imam Ali as, berkata, “مَن ذَکَّرَ اللهُ سُبحانَهُ اَحیَا الله قَلبَهُ وَ نَوِّرَ عَقلَهُ وَ لُبَّهُ”, barang siapa yang berdzikir dan mengingat Allah, Allah Swt akan menghidupkan hatinya serta menerangi akal dan pikirannya.(1)
 
2.      Kemenangan dan kekuatan
 
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.(QS. 8:45)
 
Dalam ayat ini Allah Taala memerintahkan kepada kaum Muslimin apabila mereka menjumpai segolongan dari pasukan musuh supaya meneguhkan hati dan selalu menyebut nama Allah dengan banyak berzikir agar mereka mencapai kejayaan dan kemenangan. Hal ini merupakan suatu pokok kekuatan yang menyebabkan kemenangan dalam setiap perjuangan.
Dengan meningat Allah yang maha besar serta meyakini bahwa kemenangan itu berada di tangan-Nya dan Allah akan menolong kaum Muslimin, maka seorang Muslim akan optimis dan mengerahkan segala kemampuannya dalam menaklukkan musuhnya. 
 
Dalam kitab Mizanul-hikmah, Imam Ali bin Abi Thalib menyeru kita untuk sedikit berbicara dan banyak mengingat Allah Swt dalam duel melawan musuh.(2)
 
3.      Allah Swt akan mengingat kita
 
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah     kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.(QS. 2:152)
 
ayat diatas  menjelaskan salah satu dari manfaat dzikir. Apabila kita senantiasa mengingat Allah, maka tentu Allah Swt senantiasa mengingat kita dan apabila kita dilanda musibah, maka Allah Swt tidak akan lupa untuk menolong kita selaku hambanya yang lemah.
 
Dalam kitab Biharul-anwar, Imam Ja'far al-Sadiq as mengatakan bahwa Allah Swt bersabda kepada hamba-hambanya demikian, “ wahai anak adam, ingatlah aku dalam hati dan jiwamu sehingga aku juga mengingatmu dalam hati dan jiwaku, ingatlah aku dalam keramaian sehingga aku mengingatmu dalam keramaian”.(3)
 
4.      Penyucian Jiwa
 
Mengingat Allah merupakan perantara penyucian jiwa. oleh karena itu, hati manusia yang selalu terkontaminasi oleh berbagai keburukan dapat dibersihkan melalui berdzikir. Berkaitan dengan hal ini, Imam Ali bin Abi Thalib as dalam nasehatnya kepada putranya Imam Hasan Mujtaba berkata, “ putraku,aku menasehatimu untuk  senantiasa bertakwa kepada Allah Swt dan membersihkan jiwamu melalui Dzikrullah”.(4)
 
5.      Mencegah tipu daya syaitan
 
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.(QS. 7:201)
 
Ayat ini mengajarkan kita perihal keharusan berlindung kepada Allah swt dari godaan syaitan. Ayat ini juga menjelaskan kepada kita bahwa Senjata yang paling ampuh mengusir syaitan ialah ingat dan muraqabah kepada Allah swt di dalam segala keadaan. Ingat selalu kepada Allah itu menanamkan ke dalam jiwa cinta kebenaran dan kebajikan, melemahkan kecenderungan negatif/buruk dalam jiwa sehingga dapat menjadi pencegah dari tipu daya syaitan yang terkutuk.
 
Berkenaan dengan hal ini, Dalam kitab Ghurarul Hikam, Imam Ali bin Abi Thalib as mengatakan bahwasannya mengingat  Allah Swt  dapat menyebabkan syaitan terpenjara dan melindungi diri kita dari godaan serta tipu daya syaitan.

6. Ketenangan jiwa  
 
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (surat al-Ra'ad ayat 28)
 
Ketenangan dan kenyamanan jiwa adalah sesuatu yang dikejar oleh semua manusia tanpa terkecuali. Dan dzikrullah atau mengingat Allah merupakan jalan utama dalam mendapatkan ketenangan dan ketentraman jiwa.
 
7.      Ampunan Allah

laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(QS. 33:35)