Al-'Ashr

<a href="http://www.clock4blog.eu">clock for blog</a>
Free clock for your blog

Jumat, 05 April 2013

TASAWUF - Menjauhi Perbuatan Namimah & Ghibah


Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Menjauhi Perbutan Namimah & Ghibah
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata: “Hendaklah kamu mau merangkul/ menjinakkan hati-hati kaum muslimin yang mempunyai tujuan dan keinginan yang berbeda agar dapat dicari persamaan dan titik temu. Jangan memperlebar perbedaan dan menjadikannya permusuhan. Hendaklah kita saling hormat-menghormati, cinta- mencintai, menampakan kebaikan-kebaikan mereka dan jangan menonjolkan permusuhan, serta tutupi kejelekan-kejelekan mereka.

Ada pengalaman pribadi dari guru kita (Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf), beliau pernah bergaul dengan salah seorang dari kelompok LDII, orang LDII ini secara terus terang mengatakan kepada guru kita bahwa ia tidak percaya akan adanya habib. Guru kita tidak menanggapinya dengan emosi, beliau tetap merangkul dan mengajaknya agar tetap terus mengaji. Pada akhirnya orang LDII ini lama-kelamaan mulai menyadari atas kekeliruan dari keyakinan kelompoknya, ia pun berusaha mengajak  istrinya agar meninggalkan paham yang selama ini diyakini, akan tetapi istrinya tidak mau mengikuti jejaknya, hingga ia akhirnya menceraikan istrinya tersebut dan mencari istri baru yang sepaham dengan keyakinannya yang baru yaitu Ahlusunnah Waljama’ah.

Dalam kita mendamaikan dua orang atau dua kelompok yang berselisih, maka pahlanya melebihi dari pahla shalat sunnah, melebihi dari pahala puasa sunnah , terutama bila perselisihan yang terjadi antara anak dan orang tuanya.

Sebagaimana Hadist dari Rasullah (yang terjemahan bebasnya): “Maukah kamu aku kasih tau tentang 1 derajat yang lebih tinggi dari shalat sunnah yang dilakukan terus-menerus dan puasa sunnah yang dilakukan terus-menerus, yaitu mendamaikan 2 kelompok yang berselisih.”

Memadamkan/meredam fitnah yang terjadi di satu kaum atau mendamaikan antara dua orang atau dua kelompok yang berselisih. Membiarkan kerusakan/fitnah yang terjadi diantara 2 orang atau 2 kelompok dapat menghilangkan pahala kita.

Harus menjadi pegangan anak: Betapapun salahnya orang tua, maka harus tetap dihormati dan dihargai pendapatnya.

Jangan pisahkan diantara dua saudara atau dua kelompok orang dengan Namimah (adu domba) & Ghibah. Karena keduanya sangat besar pengaruhnya bagi seseorang dan sangat besar dosanya disisi Allah SWT.

Namimah adalah: Kamu bawa perkataan dari satu orang kepada orang yang lain dengan tujuan untuk merusak hubungan keduanya. Orang yang melakukan Namimah disebut Namam. Jangan kita langsung percaya apabila ada orang yang menyampaikan bahwa seseorang berkata tidak baik tentang kita, tetapi kita harus melakukan Tabayun (klarifikasi) terlebih dahulu. Jangan langsung percaya dengan bertindak refresif, sehingga kamu akan menyesali tindakanmu.

Dalam suatu riwayat Rasullah SAW. mengutus satu orang untuk menemui satu kaum dengan maksud baik dan kaum yang akan dijumpai oleh utusan Rasullah tersebut berencana akan mengadakan upacara penyambutan yang meriah, akan tetapi ada satu orang dari kaum tersebut yang tidak menyenangi dengan hungan baik antara Rasullah dan kaumnya. Maka orang tersebut berusaha mengadu domba dengan mengatakan kepada Rasullah bahwa kaumnya bermaksud akan membunuh utusan yang dikirim Rasullah. Mendengar aduan dari orang tersebut Rasullah langsung percaya dan segera menyiapkan bala tentaranya dengan maksud menyerang kaum tersebut, akan tetapi Allah memberikan peringatan kepada Rasullah melalui turunnya ayat Al Qur’an, sehingga tidak sampai terjadi peperangan.

Rasullah bersabda: “Tidak akan masuk Syurga orang yang menyebarkan fitnah.” Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang keluar masuk pintu atau kampung dengan menyebarkan fitnah.

Ghibah adalah: kamu sebutkan seseorang yang tidak ada dihadapanmu, yang bila ia ada dihadapanmu tentunya ia akan merasa tidak senang, tentunya sesuatu yang tidak baik yang kamu sampaikan.

Hadist Riwayat Abu Hurairah (terjemahan bebasnya): “Ghibah adalah kamu menyebutkan tentang saudara kamu tentang apa yang ia tidak senangi. Ada salah satu sohabat yang bertanya bagaimana bila apa yang disampaikan tentangnya adalah benar. Rasullah menjawab: bila benar apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah berbuat ghibah.”

Dosa ghibah lebih besar dari pada dosa zinah. Orang yang mati dan belum sempat tobat dari dosa ghibah, maka ia akan masuk Neraka paling awal dan masuk Syurga paling akhir.

Dalam suatu riwayat Nabi Musa AS. dan kaumnya mengalami musim kemarau yang panjang, sehingga mengalami kekeringan. Nabi Musa AS. mengajak umatnya untuk mengadakan munajat kepada Allah agar diturunkan hujan kepada mereka. Akan tetapi Allah tidak mengabulkan doa dan hajat mereka. Nabi Musa AS. bertanya kepada Allah mengapa Allah tidak mengabulkan doanya dan doa umatnya. Allah berkata: Aku tidak mengabulkan doamu dan doa kaummu, karena masih ada orang yang suka berbuat ghibah diantara kaummu. Nabi Musa bertanya kembali: Siapakah mereka Ya  Allah? Mohon tunjukkan kepadaku siapa orangnya? Allah menjawab: Aku tidak mengabulkan doamu karena ada yang berbuat ghibah diantaramu, tetapi kamu malah memintaku untuk berbuat ghibah. Akhirnya Nabi Musa AS. mengajak kaumnya untuk bertobat, dan akhirnya Allah menurunkan hujan atas mereka.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Allah dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar