Al-'Ashr

<a href="http://www.clock4blog.eu">clock for blog</a>
Free clock for your blog

Senin, 09 September 2013

6 adab memuliakan tamu

Siapa di antara pembaca yang takluput dari kunjungan tamu? Memang dalam hidup bermasyarakat, siapa saja kami yakin pernah menerima tamu. Nah, bagaimana cara kita bersikap dalam menerima tamu? Tentu saja terdapat etika dalam menerima tamu, termasuk dalam kehidupan sebagai muslim. Dalam Islam kita mengenal istilah adab untuk menyebut istilah kode etik.


Berikut ini akan coba kami hadirkan sebuah tulisan yang bersumber dari Alquran serta Alhadits seputar memuliakan tamu. Ada 6 (enam) adab dalam memuliakan tamu, baik seorang, maupun rombongan. Keenam adab tersebut di antaranya, adalah sebagai berikut.
1) Mengucapkan selamat datang kepada tamu yang datang,
2) Menjawab salam ketika tamu berkunjung yang mengucapkan salam,
3) Berjabat tangan dengan tamu yang datang,
4) Menyambut tamu dengan penuh suka-cita,
5) Mempersilaka tamu untuk menganggap rumah seperti di rumah mereka sendiri,
6) Menyuguhhkan hidangan dengan pelayanan yang cepat tanggap.

Saat tamu datang, sebagai tuan rumah hendaknya kita menyambutnya dengan mengucapkan selamat datang. Dalam sebuah hadits disebutkan, dari Ibnu Abbas RA, suatu hari Abi Qais pernah mengutus utusannya untuk mendatangi Rasulullah Saw,. Beliau bersabda, “Wahai para utusan, selamat datang tanpa perasaan hina dan menyesal.” Itulah sikap Rasulullah tatkala menerima tamu, dengan penuh pelayanannya yang excellent, Nabi memberikan sambutan sehingga tamu yang datang senang dan takmerasa sungkan.

Saat tamu mengucapkan salam, tuan rumah hendaknya menjawab karena hal ini termasuk salah satu kewajiban sesama muslim. Dari Abiu Hurairah, saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Hak orang muslim terhadap orang muslim yang lain ada 5, yang pertama; menjawab salam ....”

Taksaja menjawab salam, saat tamu datang – tuan rumah menyambutnya dengan berjabat tangan. Bila bukan mukhrim, cukup dengan memberikan isyarat sebagai tanda berjabat tangan, karena Rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan orang yang bukan mahromnya. Aisyah berkata, “Rasulullah tidak pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidak pernah menyentuh tangan mereka (wanita yang bukan mahromnya). Di saat baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat kalian.” Alias Nabi hanya memberikan isyarat. (HR. Muslim)

Perlu digarisbawahi, dosa rang yang berjabatan tangan dengan yang bukan mahromnya lebih pedih siksanya dibandingkan dengan orang yang ditusuk kepalanya dengan jarum besi yang panas. Dalam hadits dijelaskan, “Kepala orang yang ditusuk dengan pasak panas, jauh lebih baik dibandingkan dengan orang yang menyentuh wanita yang bukan mahromnya. (HR. Thabrani)

Dari sahabat Salman Alfarisyi, Rasulullah Saw., bersabda, “Sesungguhnya seorang muslim ketika bertemu dengan saudaranya sesama muslim lalu keduanya berjabat tangan, maka rontoklah dosa-dosa keduanya seperti rontoknya daun-daun kering di hari dimana angin bertiup kencang (musim gugur). Atau apabila tidak berjabat tangan, maka dosa-dosa keduanya akan diampuni meskipun gambarannya- sebanyak buih di lautan (dosa takterhitung).” (HR. Turmudzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah).

Di saat menerima tamu pun tuan rumah sepatutnya untuk bergembira. Tuan rumah cobalah untuk memperlihatkan wajah yang berseri-seri. Apabila tuan rumah tengah memiliki masalah, supaya disembunyikan, tetap bersikap ramah meskipun tengah menyimpan sebuah kekesalan terhadap orang yang bertamu.

Juga hal lain yang takkalah penting, sebagai tuan rumah hendaknya unuk memperlakukan tamu layaknya saudara. Takpantas bila menganggap tamu yang datang ke rumah sebagai orang asing. Dan yang terakhir tetapi juga penting, menyuguhkan hidangan sebagai bukti kegembiraan di saat kedatangan tamu. Dalam Alquran disebutkan, suatu ketika nabi Ibrahim AS. menyuguhkan hidangan kepada tamunya. “Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut kepada mereka (tamu).” (S. Adz-Dzariyat [51]: 27)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar